Edukasi

Mengenal Usia Emas Kapan Waktunya Anak Mulai Belajar Bahasa Asing

Happy Kids Indonesia – Banyak orang tua masa kini yang mulai bertanya-tanya kapan waktu terbaik untuk belajar bahasa asing kepada anak? Apakah harus sejak bayi? Ataukah menunggu hingga anak lancar berbahasa ibu terlebih dahulu? Pertanyaan ini bukan tanpa alasan. Ada kekhawatiran bahwa terlalu cepat mengenalkan bahasa kedua bisa membingungkan anak. Tapi di sisi lain, banyak penelitian dan pengalaman praktis justru menunjukkan hal sebaliknya anak-anak adalah pembelajar bahasa alami yang luar biasa, terutama di usia-usia awal mereka.

3–5 Tahun: Masa Emas Penyerapan Bahasa

Usia prasekolah, antara 3 hingga 5 tahun, sering disebut sebagai “golden period” dalam perkembangan bahasa. Pada fase ini, otak anak berada dalam kondisi paling plastis mudah menyerap, meniru, dan memproduksi bunyi bahasa asing tanpa harus diajarkan secara formal.

Kemampuan ini disebut juga sebagai kemampuan imitasi fonetik. Anak-anak di usia ini bisa mengucapkan kata dengan aksen yang sangat mendekati penutur asli, karena otot bicara dan persepsi bunyi mereka belum ‘terbentuk’ sepenuhnya oleh satu bahasa saja. Mereka seperti spons yang menyerap segalanya—termasuk intonasi, struktur kalimat, hingga pola nada.

Baca Juga : Anak Picky Eater Bikin Pusing? Begini Cara Mudah Mengatasinya!

Sebelum Usia 10 Tahun: Jendela Belajar Masih Terbuka

Jika melewatkan usia 3–5 tahun, jangan khawatir. Studi dari Boston College menunjukkan bahwa jendela ideal belajar bahasa asing masih terbuka hingga sekitar usia 10 tahun. Anak yang mulai belajar sebelum usia ini tetap dapat memperoleh kelancaran berbahasa dan memahami tata bahasa secara intuitif.

Namun, setelah lewat dari usia 10, proses pembelajaran bahasa mulai berubah. Anak-anak cenderung lebih analitis, belajar dengan aturan, dan membutuhkan lebih banyak latihan sadar. Penguasaan aksen juga biasanya tidak semurni anak-anak yang belajar sejak dini.

Remaja: Bisa, Tapi Tidak Semudah Dulu

Usia remaja (11–15 tahun) masih memungkinkan untuk belajar bahasa asing dengan baik. Tapi tantangannya lebih besar. Anak harus melawan kebiasaan pelafalan dari bahasa ibu, lebih sadar akan kesalahan, dan lebih mudah merasa malu saat mencoba berbicara dalam bahasa asing.

Meskipun begitu, usia ini masih baik untuk memperkuat keterampilan membaca dan menulis dalam bahasa kedua, serta memperdalam pemahaman budaya asing. Hal yang lebih penting adalah menjaga motivasi tetap tinggi dan membangun lingkungan belajar yang tidak menghakimi.

Usia 16 Tahun ke Atas: Tidak Terlambat, Tapi Butuh Pendekatan Berbeda

Di usia ini, belajar bahasa asing cenderung lebih kognitif. Anak atau remaja belajar lewat tata bahasa, hafalan, dan latihan tertulis. Karena otot bicara sudah terbiasa dengan fonetik bahasa ibu, sulit untuk mendapatkan aksen yang benar-benar alami. Tapi bukan berarti mustahil.

Dengan metode yang tepat dan latihan rutin, siapa pun bisa belajar bahasa asing di usia berapa pun. Namun, jika tujuan Anda adalah membentuk penguasaan yang dekat dengan penutur asli, maka memulai sejak dini tetap menjadi pilihan terbaik.

Simak Juga : Bunda Wajib Tahu! 7 Langkah Efektif Agar Anak Mudah Beradaptasi di Sekolah

Membantu Anak Belajar Bahasa Asing dengan Alami

Alih-alih memaksa anak duduk di kursi dan menghafal kata, biarkan proses belajar berlangsung secara alami. Gunakan lagu anak-anak dalam bahasa asing, bacakan buku cerita sederhana, atau tonton kartun berbahasa Inggris bersama. Anak akan belajar tanpa sadar bahwa ada sistem bahasa lain selain yang digunakan sehari-hari.

Yang lebih penting lagi, buat suasana belajar yang menyenangkan. Anak tidak akan takut salah atau malu berbicara jika tidak merasa dihakimi. Semakin mereka merasa nyaman, semakin cepat pula mereka menyerap dan menggunakan bahasa asing itu.

Investasi Bahasa yang Bernilai Sepanjang Hidup

Bahasa asing bukan hanya alat komunikasi, tapi juga jendela ke dunia baru. Membukanya sejak usia dini adalah bentuk investasi jangka panjang yang akan memperkaya masa depan anak. Dan seperti semua proses tumbuh kembang, peran orang tua bukan untuk menekan, tapi untuk menemani dengan sabar, konsisten, dan penuh cinta.