Happy Kids Indonesia – Kebohongan pada anak sering membuat orang tua cemas dan khawatir. Namun sebelum langsung menegur atau menghukum, penting atasi anak untuk memahami bahwa perilaku sering berbohong tidak selalu muncul karena niat jahat. Pada banyak kasus, kebiasaan ini muncul karena anak belum sepenuhnya memahami konsekuensi dari kata-katanya atau karena kebutuhan untuk mendapatkan perhatian dan perlindungan.
Dengan pendekatan yang tepat, perilaku ini bisa dikoreksi tanpa membuat anak merasa takut atau tertutup. Yuk, pahami penyebab dan cara bijak untuk mengatasinya.
Mengapa Anak Sering Berbohong?
Berbohong pada anak tidak selalu sama artinya dengan berbohong pada orang dewasa. Pada tahap tertentu, anak bahkan bisa mengarang cerita karena imajinasinya yang kuat. Namun, jika dilakukan terus-menerus, hal ini perlu perhatian lebih. Beberapa penyebab umum antara lain:
a. Takut Dimarahi
Banyak anak berbohong karena takut menghadapi reaksi keras dari orang tua. Mereka memilih berbohong untuk menghindari hukuman, bukan karena ingin menipu.
💬 b. Ingin Mendapatkan Perhatian
Kadang anak berbohong untuk terlihat lebih hebat atau menarik perhatian. Misalnya, mengaku mendapat nilai bagus padahal tidak.
c. Meniru Orang Lain
Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Jika ia sering melihat orang dewasa berbohong, ia bisa menganggap perilaku tersebut wajar.
d. Imajinasi yang Aktif
Anak usia dini sering menciptakan cerita khayalan tanpa sadar bahwa hal itu dianggap “bohong.” Ini adalah bagian dari perkembangan kognitif yang normal.
e. Tidak Percaya Diri
Beberapa anak berbohong karena merasa tidak cukup baik. Mereka berusaha menutupi kelemahan agar diterima oleh orang lain.
2. Dampak Buruk Jika Anak Terbiasa Berbohong
Kebiasaan berbohong yang tidak segera ditangani dapat berdampak pada:
- Menurunnya kepercayaan antara anak dan orang tua,
- Sulitnya membangun hubungan sosial di kemudian hari,
- Rasa bersalah atau takut berlebihan dalam diri anak,
- Dan bahkan bisa berkembang menjadi pola manipulatif saat remaja.
Karena itu, penting bagi orang tua untuk menangani kebiasaan ini dengan empati dan komunikasi terbuka.
Baca juga: “Dispatch: Drama dan Kekacauan di Kantor Superhero“
3. Cara Bijak Mengatasi Anak yang Sering Berbohong
a. Ciptakan Lingkungan Aman untuk Jujur
Anak akan lebih mudah berkata jujur jika merasa aman dari hukuman atau marah. Saat mereka mengaku salah, hindari langsung memarahi. Dengarkan dulu alasannya.
b. Jadilah Teladan Kejujuran
Anak belajar dengan meniru. Jika orang tua jujur dalam hal kecil — seperti mengakui kesalahan atau menepati janji — anak akan meniru perilaku itu.
c. Ajarkan Konsekuensi Positif dan Negatif
Jelaskan bahwa setiap tindakan memiliki akibat. Misalnya, “Kalau kamu jujur, Mama bisa bantu selesaikan masalahnya. Tapi kalau berbohong, Mama tidak bisa bantu.”
d. Pahami Emosi di Balik Kebohongan
Tanyakan dengan lembut, “Kamu takut dimarahi, ya?” atau “Kamu malu cerita yang sebenarnya?”
Dengan begitu, anak merasa dipahami dan lebih berani terbuka.
e. Hargai Kejujuran Sekecil Apa Pun
Berikan apresiasi ketika anak berkata jujur, bahkan jika ia mengakui kesalahan.
Kalimat sederhana seperti “Mama senang kamu berani jujur” bisa meningkatkan rasa percaya diri anak.
f. Kurangi Tekanan Berlebihan
Kadang orang tua menuntut kesempurnaan, sehingga anak merasa takut gagal. Berikan ruang untuk membuat kesalahan agar anak tidak merasa perlu berbohong.
4. Kapan Perlu Bantuan Profesional?
Jika sering berbohong terjadi terlalu sering, disertai perilaku menutup diri, manipulatif, atau kesulitan atasi membedakan realita dan imajinasi, sebaiknya konsultasikan dengan psikolog anak.
Bantuan profesional dapat membantu menemukan akar masalah dan memberi strategi pendampingan yang tepat.
Anak yang berbohong bukan berarti anak nakal — mereka hanya belum tahu cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.
Dengan pendekatan penuh kasih, komunikasi terbuka, dan keteladanan dari orang tua, kebiasaan ini bisa diubah menjadi kesempatan belajar tentang kejujuran, tanggung jawab, dan kepercayaan diri.
Jujur memang tidak selalu mudah, tapi ketika anak merasa diterima apa adanya, mereka akan memilih kejujuran sebagai jalan terbaik.
