Happy Kids Indonesia – Di era serba digital, anak-anak kini lebih akrab dengan gawai dibandingkan permainan tradisional. Padahal, permainan seperti congklak, gobak sodor, atau engklek bukan hanya bentuk hiburan, tetapi juga bagian dari Warisan Budaya dalam Genggaman yang kaya nilai moral, sosial, dan edukatif. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran akan terputusnya tali budaya antar generasi jika permainan tradisional tidak lagi diperkenalkan sejak dini.
Permainan tradisional merupakan refleksi dari identitas bangsa. Di masa lalu, anak-anak memainkannya di halaman rumah, lapangan, atau tanah lapang sambil bercanda, berlari, dan belajar bersosialisasi. Kini, di tengah kemajuan teknologi dan gaya hidup modern, aktivitas fisik semacam itu mulai tergeser oleh permainan digital yang lebih individualistik.
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk menghidupkan kembali permainan tradisional di tengah Generasi Alpha?
Warisan Budaya dalam Genggaman: Upaya Melestarikan Permainan Tradisional di Era Modern
Upaya melestarikan permainan tradisional kini mulai digalakkan oleh berbagai pihak. Dinas Kebudayaan, komunitas lokal, hingga sekolah-sekolah dasar di berbagai daerah mulai mengadakan kegiatan “Pekan Permainan Rakyat”. Di acara ini, anak-anak diajak untuk mencoba kembali permainan seperti bakiak, egrang, bentengan, atau kelereng.
Kegiatan tersebut tidak hanya memberikan kesenangan, tetapi juga sarana pembelajaran yang efektif. Misalnya, permainan congklak melatih kemampuan berhitung dan strategi, gobak sodor menumbuhkan kerja sama tim, sedangkan lompat tali mengasah ketangkasan.
Melalui pendekatan ini, permainan tradisional kembali menjadi bagian dari keseharian anak-anak tanpa harus meninggalkan dunia modern.
Selain itu, beberapa startup edukasi dan kreator konten budaya juga mulai berinovasi dengan mengemas permainan tradisional dalam bentuk digital interaktif. Contohnya, aplikasi edukatif yang mengajarkan cara bermain congklak atau ular naga berbasis animasi. Cara ini dianggap efektif untuk menarik minat anak-anak generasi digital, sekaligus menjaga agar budaya lama tidak tenggelam di arus modernisasi.
Mengenalkan Permainan Tradisional kepada Generasi Alpha
Pengenalan permainan tradisional kepada Generasi Alpha harus disesuaikan dengan karakteristik mereka. Anak-anak yang lahir di era teknologi canggih memiliki daya serap visual yang tinggi dan ketertarikan besar terhadap hal interaktif. Maka, strategi edukasi berbasis pengalaman langsung menjadi kunci.
Guru dan orang tua dapat berkolaborasi dalam menciptakan “hari bermain tradisional” di sekolah atau rumah. Misalnya, setiap akhir pekan anak diajak bermain petak umpet, engklek, atau layangan di halaman. Kegiatan ini bukan hanya menyenangkan, tetapi juga mempererat hubungan sosial dan emosional antara anak, teman, serta keluarga.
Selain itu, pendekatan storytelling bisa digunakan. Orang tua dapat menceritakan kisah asal-usul permainan tertentu — seperti bagaimana permainan congklak berasal dari masa kerajaan Nusantara atau bagaimana gobak sodor melatih ketangkasan prajurit zaman dahulu. Cerita semacam ini menumbuhkan rasa bangga dan rasa memiliki terhadap budaya bangsa.
Baca juga: “Zippo St. Benedict Constantine: Koleksi Mistis dari Dunia Constantine“
Dampak Positif Permainan Tradisional terhadap Tumbuh Kembang Anak
Permainan tradisional memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan anak. Dari sisi fisik, aktivitas bermain di luar ruangan meningkatkan koordinasi motorik dan kebugaran tubuh. Dari sisi sosial, anak belajar bergiliran, bernegosiasi, dan bekerja sama dalam kelompok.
Secara emosional, permainan tradisional juga melatih ketahanan mental. Ketika kalah, anak belajar menerima dan bangkit kembali; ketika menang, ia belajar menghargai lawan. Nilai-nilai seperti sportivitas, kesabaran, dan kejujuran tumbuh secara alami tanpa perlu diajarkan secara teoritis.
Dari sisi pendidikan karakter, permainan tradisional berperan besar dalam membentuk generasi yang tangguh dan berempati. Hal ini sangat relevan di tengah tantangan dunia digital yang sering membuat anak lebih individualistik dan mudah stres akibat paparan teknologi berlebih.
Mewariskan Nilai Luhur Lewat Permainan
Melestarikan permainan tradisional bukan sekadar menjaga bentuk hiburan masa lalu, tetapi juga menyelamatkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Melalui Warisan Budaya dalam Genggaman, generasi muda dapat belajar tentang kerja sama, kejujuran, dan kebersamaan dengan cara yang menyenangkan.
Kini, saatnya orang tua, pendidik, dan masyarakat bergandeng tangan mengenalkan kembali permainan tradisional sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, generasi Alpha tidak hanya tumbuh cerdas secara digital, tetapi juga kuat dalam akar budaya bangsanya.